Menantu Ayah
Sambil
berbaring aku menatap langit-langit kamar. Dan seketika, waktu menyusut. Meski
telah bertahun-tahun berlalu, aku merasa beberapa peristiwa yang pernah kualami
bersama ayahku baru saja terjadi.
Peristiwa pertama,
tentang langit-langit kamarku yang biasa kusebut loteng. Papan triplek yang
dipotong persegi dengan panjang 1m dan lebar 50cm. Proses pelotengan inilah
untuk pertama kalinya kedua tanganku mengakrabi alat-alat pertukangan. Ayahku
memintaku menggergaji berhelai-helai papan triplek menuruti garis yang
diteranya. Dengan senang hati aku mengerjakannya.
Aku merasa
peristiwa itu baru saja terjadi. Begitu mudahnya waktu menyusut sekehendak
perasaan. Masih terdengar jelas paduan irama seretan gergaji pada papan triplek
itu beriringan ketok palu ayahku memaku potongan-potongan triplek gergajianku.
Dan paku-paku yang begitu kuat menancap di ambang loteng itu masih terlihat
jelas. Sedang ayahku, yang memakukannya, yang pada saat itu mengajariku agar
mencintai pekerjaan, tak lagi dapat kulihat.
Rasanya baru
kemarin. Apakah semudah itu panjang-pendek waktu ditentukan? Semudah merasakan
kenangan? Tapi sungguh, rasanya baru kemarin. Peristiwa kedua yang membuatku
tersipu di depan teman-temanku. Ketika ayahku dengan tergopoh-gopoh keluar dari
kamar kosku di jogja. Dia mendengar teman kuliahku mengganti namaku dengan
sebutan sayang. "Mana menantuku?" seru ayahku sambil berlari.
"Mana menantuku," tanya ayahku pada kelima temanku begitu ia tiba di
tengah-tengah kami sambil terengah-engah. Dan mukaku bersemu merah, karena dia
yang memanggilku sayang tak lebih dari teman biasa.
Dan rasanya
juga baru kemarin. Peristiwa ketiga, peristiwa yang masih sangat jelas kulihat,
ketika tiba-tiba, di malam itu, ayahku mendadak sesak nafas dan memintaku
mengurut punggungnya. Rasanya baru kemarin, tubuh ayahku tiba-tiba membeku dan
aku membaringkannya. Dan saat aku bersama keluarga dan kerabat mengantarnya ke
pemakaman, belum ada menantunya yang mendampingiku.
Di loteng itu,
kini, aku melihat kedua tangan ayahku sedang menantikan tangis bayi yang
dilahirkan oleh menantunya yang, hingga saat ini, ketika waktu tidak memanjang
dan menyusut, belum kutemukan.
rumahkata batubelah,
230512
Tidak ada komentar:
Posting Komentar